BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alat ukur memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas atau validitas alat ukur yang digunakan, di samping prosedur pengumpulan data yang ditempuh. Hal ini mudah dipahami karena alat ukur berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika alat ukur yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan. Sedangkan jika kualitas alat ukur yang digunakan tidak baik dalam arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana mengembangkan alat ukur penelitian?
2) Bagaimana menyusun alat ukur penelitian?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yakni agar kita dapat mengembangkan dan menyusun alat ukur penelitian dalam penelitian bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam rangka memahami pengembangan dan penyusunan alat ukur penelitian, maka berikut ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang terkait, diantaranya instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas.
2.2 Alat Ukur (Instrumen)
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, oleh karena itu harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Di dalam suatu proses penelitian, jumlah instrumen tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti.
Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau kisi-kisi instrumen”.
Untuk dapat menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang pendukungnya.Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid.Caranya dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi.
Instrumen penelitian itu merupakan salah satu komponen penting yang diperlukan dalam proses penelitian. Dalam konteks pembelajaran, instrumen penelitian jenis tes dijadikan alat untuk mengukur hasil belajar. Kadangkala dalam proses pembelajaran, aspek evaluasi hasil belajar ini diabaikan. Artinya, dosen, guru atau instruktur terlalu memperhatikan penyajian pelajaran saja.Perkuliahan atau pelajaran berjalan baik, praktikum berjalan rapi, namun saat membuat tes atau soal praktikum, tidak lagi melihat tujuan pembelajaran yang pernah dibuatnya di SAP atau RPP.Akibatnya, tes hasil belajar yang dibuat terkesan seperti jatuh dari langit saja.Artinya, dosen atau guru membuat soal tes menjadi seadanya atau seingatnya saja, tanpa harus memenuhi kriteria pembuatan tes yang baik dan benar.Misalnya apakah soal ujian tersebut sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan; apakah memperhatikan aspek kognitif, afektif atau psikomotorik dan sebagainya.Penyusunan tes hasil belajar yang menggunakan instrumen untuk keperluan penelitian, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tes tersebut fungsinya dapat memperoleh informasi tentang kemampuan subjek penelitian.
b. Mendiskusikan tentang fungsi penilaian untuk memperoleh pemahaman tentang hal-hal apa saja yang dapat dinilai melalui pelaksanaan suatu tes. Apakah sekedar memberi nilai untuk menentukan lulus atau tidaknya mahasiswa atau siswa tersebut. Ataukah ada fungsi-fungsi lain yang ingin dicapai melalui penilaian tersebut, misalnya data yang diperoleh digunakan untuk penelitian.
c. Menentukan kriteria penilaian untuk kepentingan penelitian. Ini berarti untuk melakukan penilaian yang baik dibutuhkan mutu soal tes yang baik pula. Dalam praktek pengajaran, tes dilaksanakan dengan memberikan serangkaian soal tes hasil belajar. Semakin bermutu tes yang diberikan maka semakin terandalkan pula penilaian yang diperoleh dan hal ini berdampak pada makin baik data yang diperoleh untuk keperluan penelitian.
d. Merancang soal-soal yang diberikan kepada subjek penelitian dalam suatu struktur yang sedemikian rupa, sehingga jumlah dan derajat kesukaran soal yang tetap relevan dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar(RKBM).
e. Mengingat derajat kesukaran soal dapat berbeda satu dengan lainnya, tiap-tiap soal perlu mendapat bobot soal menurut relevansinya dengan tujuan belajar.
f. Sesudah proses membuat, menstrukturkan dan menentukan bobot soal, maka soal-soal tersebut disajikan melalui ujian. Setelah itu dilakukan pengukuran dan penilaian hasil untuk keperluan penelitian.
2.2.1 Karakteristik Instrumen
Alat pengukuran dapat dinilai pada berbagai manfaat.Ini termasuk isu-isu praktis.Semua instrumen memiliki kekuatan dan kelemahan-ada instrumen yangsempurna untuk setiap tugas. Beberapa isu-isu praktis yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Biaya
b) Ketersediaan
c) Pelatihan diperlukan
d) Kemudahan administrasi, penilaian, analisis
e) Waktu dan upaya yang diperlukan untuk responden untuk menyelesaikan mengukur.
Selain isu-isu praktis tersebut, syarat utama instrumen yang baik adalah valid, reliabel, sensitif, obyektifitas tinggi dan fisibilitas baik.
2.2.2 Prosedur Penyusunan Instrumen Tes
Prosedur penyusunan instrumen tes adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan spesifikasi tes, yang meliputi:
- Menyusun tujuan khusus pembelajaran
- Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan
- Menyusun kisi-kisi tes, yang memuat pokok materi, tujuan instruksional khusus, dan aspek berpikir yang diukur. Selanjutnya ditentukan banyak item tes untuk masing-masing tujuan instruksional khusus pada masing-masing domain.
2. Memilih bentuk tes yang tepat
3. Menulis item-item tes berdasarkan kisi-kisi yang sudah disusun.
4. Petunjuk pengisian instrumen
2.2.3 Prosedur Pengujian Instrumen Penelitian
Pengujian instrumen dimulai dengan responden. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menguji instrumen tersebut. Ukuran umum yang digunakan adalah validitas dan reliabilitas. Khusus untuk tes hasil belajar, selain validitas dan reliabilitas masih ada lagi ukuran lain yang dapat digunakan, antara lain tingkat kesukaran, daya pembeda, dan analisis pengecoh.
2.2.4 Menentukan Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama, Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan dan tidak bisa digunakan pada penelitian yang lain. Kekhasan setiap objek penelitian menyebabkan seorang peneliti harus merancang sendiri instrumen yang digunakan. Susunan instrumen untuk setiap penelitian tidak selalu sama dengan penelitian lain. Hal ini mengingat tujuan dan mekanisme kerja dalam setiap teknik penelitian juga berbeda-beda.
Beberapa jenis instrumen dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut[8]
1. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengukuran, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
2. Angket atau Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
3. wawancara (Interview)
wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variable latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
4. Observasi
Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
5. Skala bertingkat (Ratings)
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
6. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.
2.2.5 Penyusunan Instrumen Penelitian
Dalam setiap penelitian yang bersifat empiris selalu dibutuhkan instrumen penelitian yang terdiri dari daftar kuesioner (pernyataan), formulir tabulasi, dan formulir analisis. Ketiga macam instrumen penelitian tersebut harus dirancang dalam satu kesatuan sehingga dalam proses penelitian dapat bekerja dalam satu arah terpadu. Di antara ketiga penelitian tersebut, perancangan daftar kuesioner membutuhkan perhatian yang lebih besar dibanding jenis instrumen lainnya. Mutu daftar kuesioner sangat menentukan keberhasilan penelitian yang sedang dilakukan. Jenis instrumen lain, perancangan menyesuaikan dengan struktur daftar pertanyaan. Keterpaduan semua aspek instrumen penelitian diharapkan dapat menghasilkan suatu instrumen yang baik dan memenuhi tujuan penelitian tersebut.
Daftar kuesioner adalah serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden guna mengumpulkan informasi dari responden mengenai objek yang sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan, ataupun dirinya sendiri. Sebagai suatu instrumen penelitian, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak boleh menyimpang dari arah yang akan dicapai oleh usulan proyek penelitian, yang tercermin dalam rumusan hipotesis. Dengan demikian, daftar pertanyaan yang harus diajukan dengan taktis dan strategik sehingga mampu menyaring informasi yang dibutuhkan oleh responden.
Pertanyaan yang diajukan oleh responden harus jelas rumusannya, sehingga peneliti akan menerima informasi dengan tepat dari responden. Sebab responden dan pewawancara dapat menginterpretasikan makna suatu kalimat yang berbeda dengan maksud peneliti, sehingga isi pertanyaan justru tidak dapat dijawab. Di samping itu harus pula diperhatikan kemana arah yang dicapai, mengingat tanpa arah yang jelas tidak mungkin dapat disusun suatu daftar pertanyaan yang memadai.
Seorang peneliti dalam menyusun daftar pertanyaan hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Apakah anda menggunakan tipe pertanyaan terbuka atau tertutup atau gabungan keduanya
2. Dalam mengajukan pertanyaan hendaknya jangan langsung pada masalah inti/pokok dalam penelitian anda. Buatlah pertanyaan yang setahap demi setahap, sehingga mampu mengorek informasi yang dibutuhkan.
3. Pertanyaan hendaknya disusun dengan menggunakan bahasa Nasional atau setempat agar mudah dipahami oleh responden.
4. Apabila menggunakan pertanyaan tertutup, hendaknya setiap pertanyaan maupun jawaban diidentifikasi dan diberi kode guna memudahkan dalam pengolahan informasi.
5. Dalam membuat daftar pertanyaan, hendaknya diingat bahwa anda bukanlah seorang introgator, tetapi pihak yang membutuhkan informasi dari pihak lain.
2.2.6 Proses Perancangan Daftar Pertanyaan
Menyusun suatu rancangan daftar pertanyaan sebetulnya merupakan kerja kolektif seluruh anggota tim peneliti. Keterlibatan semua anggota tim peneliti akan memberikan kontribusi penyempurnaan konstruksi instrumen penelitian.
Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun daftar pertanyaan:
1. Penentuan informasi yang dibutuhkan
2. Penentuan proses pengumpulan data
3. Penyusunan instrumen penelitian
4. Pengujian instrumen penelitian.
3 Validitas dan Realibilitas
Validitas dan reliabilitas merupakan dua unsur yang tak terpisahkan dari suatu alat ukur. Suatu alat ukur yang telah memenuhi unsur validitas dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut juga memenuhi unsur-unsur reliabilitas.Namun demikian, suatu alat ukur yang telah memenuhi unsur-unsur reliabilitas belum tentu alat ukur tersebut juga memenuhi unsur-unsur validitas.Reliabilitas sendiri belum merupakan kriteria yang cukup untuk menyimpulkan bahwa alat ukur tersebut sudah valid.Jadi, bisa terjadi bahwa ada alat ukur yang reliabel namun tidak valid.Alat ukur yang valid dan reliabel untuk penelitian yang satu belum tentu valid dan reliabel untuk penelitian lainnya.
Sebuah contoh yang dikemukakan olen Neuman (2000 : 165) cukup jelas untuk mengerti konsep reliabilitas dari suatu alat ukur. Dia memberikan contoh dengan menimbang berat badan kita. Pada waktu kita menimbang berat badan yang sama walaupun kita berkali-kali naik dan turun dari timbangan tersebut. Dengan asumsi bahwa kita tidak makan, minum, maupun berganti pakaian saat itu.Timbangan tersebut dapat dikatakan sebagai alat ukur yang reliabel. Timbangan tersebut akan dikatakan tidak reliabel bila timbangan tersebut menunjukkan angka yang berubah-ubah walaupun berat badan kita saat itu tidak berubah.
Kalau reliabilitas mengacu pada konsistensi dari hasil pengukuran, validitas suatu alat ukur mengacu pada sejauh mana hasil pengukurannya dapat menggambarkan kenyataan yang sesungguhnya. Bila dalam suatu tes kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris A mendapatkan nilai lebih tinggi dari B, dan C mendapatkan nilai yang sama dengan B, maka perbedaan antara A dan B serta kesamaan antara B dan C merupakan fakta di lapangan. Fakta sehari-hari harus menunjukkan bahwa A memang mempunyai kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris lebih baik dari B dan C, dan B mempunyai kemampuan yang relatif sama dengan C. seandainya hasil tes tersebut dapat menggambarkan fakta yang sesungguhnya, alat ukur yang digunakan untuk menilai kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris tersebut dapat dikatakan sebagai alat ukur yang valid.[9]
Dari penjelasan tersebut bisa terjadi ada suatu alat ukur yang reliabel namun tidak valid. Bila alat ukur yang digunakan sudah valid, alat ukur tersebut dapat dikatakan sudah memenuhi aspek reliabilitas.Karena suatu alat ukur yang mempunyai reliabilitas rendah berarti alat ukur tersebut tidak valid.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu akan dideskripsikan dan dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian. Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.
Instrumen penelitian memiliki kualitas yang baik bila memenuhi dua kriteria pokok instrument yaitu adalah: validitas dan reliabilitas. Validitas adalah sejauh mana suatu instrumen melakukan fungsinya atau mengukur apa yang seharusnya diukur. Artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsinya.
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya. Makin cocok dengan sekor sesungguhnya makin tinggi reliabilitasnya. Reliabilitas juga merupakan derajat kepercayaan dimana skor penyimpangan individu relatif konsisten terhadap tes sama yang diulangi.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2000
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data.Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Rajawali Pers, 2012
Gronlund E Norman & Robert L, Linn, Measurement and Evaluation in Teaching.New York:Macmillan Publishing Company, 1990
Hadjar, Ibnu. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta:RajaGrafindo Persada. 1996.
Kerlinger ,F.M., Foundation of Behavioral Research, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1973
Nazir, Mohammad, Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983
Faisal, Sanapiah,Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982
Setiyadi, Bambang, Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &.Bandung:Alfabeta,2010
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2008
Uno B Hamzah, Herminanto Sofyan; I made Candiasa; Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian.Jakarta: Delima Press, 2001


0 komentar:
Posting Komentar